Dunia Sang Perfeksionis



Kegagalan adalah bagian dari sukses.

Kalimat itu yang harus ditanamkan dalam pikiran kita apabila menghadapi sebuah kegagalan. Bagaimana cara kita belajar dari kegagalan tersebut dan mengubahnya menjadi kesuksesan di kemudian hari lah yang menentukan segalanya. Kegagalan semestinya tidak dipandang sebagai sebuah cacat berlebih. Kegagalan harus diterima dengan lapang hati dan kemudian kita bertekad untuk tidak mengulangi lagi di masa depan.

Sayangnya, seorang perfeksionis tidak selalu memandang demikian.

Dikutip dari Wikipedia, perfeksionisme adalah keyakinan bahwa seseorang harus menjadi sempurna untuk mencapai kondisi terbaik pada aspek fisik ataupun non-materi. Perfeksionisme dapat menyebabkan seseorang memiliki perhatian berlebih terhadap detail suatu hal dan bersifat obsesif-kompulsif, sensitif terhadap kritik, suka menunda, cemas berkepanjangan, keras kepala, dan berpikir sempit.



Dari gambar di atas, bisa disimpulkan bahwa seorang perfeksionis kerap menginginkan kesempurnaan suatu hal melebihi skala normal. Mereka tidak bisa menerima cacat dalam suatu hal. Mereka memiliki segudang rencana dalam pikirannya, dan rencana tersebut harus terjadi tepat seperti yang telah disusun. Mereka tidak dapat berkompromi dengan orang-orang yang kerap berbuat salah.

Gua punya pengalaman menghadapi seseorang perfeksionis dalam dunia kerja. Dia hampir tidak pernah menerima kesalahan sebagai bagian dari proses belajar, dan akan selalu mencacat suatu hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. Kalau udah begitu, yang ada adalah pihak-pihak yang berhubungan dengannya lebih memilih untuk tidak mengerjakan suatu hal daripada mengerjakannya tapi selalu dicacat. Ini buruk, tapi itulah yang terjadi. Parahnya, dia ngga mau mempercayakan suatu hal pada orang lain yang ngga bisa ngerjain sesuatu seperti yang dia kehendaki. 

Hmh...

Mari renungkan sejenak. Tidak ada yang namanya manusia sempurna. Pasti selalu ada kekurangannya. Nasib kita di dunia ini juga udah ditentuin sama Allah, jadi jika rencana yang udah kita susun serapi mungkin berantakan, jangan kecewa. Hidup jadi terasa berat dijalanin kalo kita selalu mikir kesempurnaan. Bukan berarti kita bisa selalu berbuat kesalahan. Bukan itu intinya. The point is... jalani hidup seperti seharusnya, dan belajar menerima ketidaksempurnaan sebagai bagian dari hidup. Enjoy your life...

"The pursuit of perfection is frustrating, neurotic and a terrible waste of time", itu quote dari Edwin Bliss. Meskipun tampak teratur dan ideal, dunia sang perfeksionis akan selalu dipenuhi dengan stres, kekecewaan, prasangka buruk, dan hal-hal negatif lain. Apakah itu yang kita mau?

Maaf, gua ga bisa masuk ke dunia sang perfeksionis.

-Bray-
@bayurohmantika



Note: Lagu One Republic yang "Good Life" menjadi musik pengiring penulisan artikel ini. Hidup ini memang indah, jadi jangan diisi dengan pikiran negatif.

10 comments

  1. Itu serius punya rekan kerja kayak gitu? Heran gue. Paraaahhh. *geleng-geleng*

    Gue juga kayaknya nggak bisa masuk dunia perfeksionis. Gue orangnya kan terkadang suka coba-coba. (hal positif kok) Nah, dalam mencoba sesuatu itu, misal nulis cerpen atau puisi. Pasti nggak bisa langsung bagus. Butuh banget direvisi. Hehehe.

    Lagu One Republic emang asoy, Bray. :D

    ReplyDelete
    Replies
    1. Beneran Yog, ada yang kayak begitu di kantor hehe. Tapi ya sudahlah, tiap orang punya karakteristik berbeda, iya ngga?

      Nah, kalo coba-coba yang positif oke lah, emang biasanya ga bisa langsung bagus hasilnya. Sama lah kayak gua, bahkan gua sendiri susah dapet hasil bagus haha.

      Sip, emang keren One Republic yang Good Life itu... :-)

      Delete
  2. kalo menurut gue perfectsionis emang bagus disaat yang tepat, jadi gini ketika belajar suatu bidang kita ga bisa langsung perfect pasti ada aja salahnya, caranya ya tinggal mengurangi tingkat kesalahan.

    dan efek buuknya lagi terlalu perfectaionis ketika melakukan sesuatu terkadang membuat kita menjadi takut dan akhirnya tidak melakukan sama sekali.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Nah, imbas buruk yg begitu yang ga enak. Jadi takut dan akhirnya malah ga nyoba sama sekali. Awalnya bisa berkembang lebih bagus... jadi kependem.

      Delete
  3. Beberapa teman menilai saya perfeksionis karena terlalu banyak merencanakan dan detail tapi belakangan agak saya kurangin terutama saat kerja tim.

    Dan sekrang Cukup lakukan yang terbaik yang saya bisa, urusan hasil sudah ada yang mengurusnya (Allah)

    Just do our best i can do

    ReplyDelete
    Replies
    1. Selalu ada sisi baik dan buruk dalam suatu hal kok, sama kayak perfeksionis. Yup, do the best we can do and let Allah do the rest :-)

      Delete
  4. Emang bener. Dulu gue sempet jd org yg perfeksionis, segala hal yg gue lakuin ato yg ingin gue tunjukkan k orang lain sebisa mungkin harus terlihat sempurna dan berkesan. Tp lama lama justru bikin hidup gue jadi ribet, apalagi gue sadar kalo kemampuan gue jg terbatas. Ya udah deh, sekarang sih agak ngurangin sifat2 kyk gtu

    ReplyDelete
    Replies
    1. Wah, bagus nih pandangannya :-)
      Gua tahu seberapa ribetnya lihat orang perfeksionis ngurus semua hal yang harus jadi perfect, tapi ga tahu "rasanya" hehe.
      Thanks ya sharing-nya.

      Delete
  5. Dan saya seorang perfeksionis, dan saya sendiri benci jadi orang seperti ini. Tapi sampai sejauh alhamdulillah kayaknya belum ada konflik sih, perfeksionisnya buat diri sendiri, stresnya buat diri sendiri aja, ga dibagi-bagi ke teman kelompok.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Berarti lebih ke perfeksionis untuk diri sendiri ya? Punya standar tersendiri untuk semua hal bagi diri pribadi.

      Well, kalo sampe sekarang belom ada konflik, at least masih terkendali ya...

      Delete

 
Powered by Blogger.