Konsistensi Atas Resolusi Yang Dibuat
Image source: here
Tahun 2015 sudah memasuki bulan ketiga, yaitu bulan Maret. Biasanya di awal tahun banyak yang membuat resolusi, atau dengan kata lain "daftar kegiatan yang harus dilakukan sepanjang tahun". Resolusi tersebut bermuatan positif tentunya (gua ga pernah menemukan ada orang yang membuat resolusi negatif, atau memang gua yang ga tahu? Whatever). Beberapa jenis resolusi yang populer adalah: menikah, memiliki pekerjaan tetap, memiliki anak, melanjutkan pendidikan, dan sebagainya. Membuat segudang resolusi sah-sah aja, toh untuk tujuan perbaikan hidup. The problem is... tidak semua mampu mewujudkan resolusi yang telah dibuat.
Why?
That's a good question. Coba tengok diri kita sendiri. Apakah kita membuat resolusi? Jika tidak, sah-sah juga, terserah kita mau kita apain hidup ini. Mungkin mereka yang tidak membuat resolusi berpikir bahwa resolusi akan mengikat mereka selama setahun ke depan, dan jika tidak dilaksanakan, akan membuat tekanan tersendiri pada diri pribadi. Sekali lagi, pemikiran itu sah-sah aja, namun gua lebih memilih berada di tim "orang-orang yang membuat resolusi", karena dengan itu kita menjadi tahu akan kemana setahun ke depan. Diharapkan di tahun depan kita akan memiliki kehidupan yang lebih baik.
Kini untuk yang memilih membuat resolusi: apakah kalian telah melaksanakannya? Let's say... dari lima resolusi yang dibuat, apakah kelima-limanya ada yang telah dilaksanakan, sedang dilaksanakan, atau tidak sama sekali? Untuk yang sedang melaksanakan atau bahkan telah selesai melaksanakan, selamat, berarti kalian berada di koridor tepat (dengan catatan resolusi yang dibuat adalah positif untuk kehidupan pribadi ya, bukan negatif). Untuk yang belum mulai... sisihkan beberapa menit untuk berpikir: apa ada yang salah dengan resolusi yang dibuat, atau kalian terjebak rutinitas kehidupan sehingga selalu saja ada alasan menunda? Jika ada yang salah dengan resolusinya (misal terlalu sulit dipenuhi, dll) dan sepanjang masih bisa dirubah, rubah saja sesuai kemampuan kita. Tapi jika tidak, mau tidak mau kalian mesti memiliki niat kuat untuk mewujudkannya.
Lain halnya jika masalah utama terletak pada diri kita: malas. Itulah yang membuat kita terus menunda menjalankan resolusi yang telah disusun. Malas karena terlalu banyak perkerjaan, malas karena waktu tidak pernah memihak, malas memulai, malas ini itu. Ah, itu hanya statement pikiran saja. Pikiran kita sudah memblok semuanya, menjadikan kita kembali ke zona nyaman dan tidak mau berubah. Come on... bergeraklah! Take an action. Ingat, there's a risk in doing nothing, artinya ada risiko jika kita tidak melakukan apa-apa. Mungkin selama ini kita selalu berpikir... "ga pa-pa ga ngapa-ngapain, toh hidup masih berjalan." Itu jebakan. Dengan tidak melakukan apa-apa untuk perubahan, kita tidak akan memiliki kehidupan yang bermakna. Trust me.
Oke, gua ga akan ceramah panjang lebar. Intinya, diperlukan konsistensi dalam menjalankan resolusi. Bertindaklah untuk mewujudkan resolusi tersebut. Akan selalu ada jalan jika kita menguatkan niat. Niat itu penting. Niat yang akan kembali menuntun kita jika di tengah jalan kita patah semangat.
So... tanamkan konsistensi. Masukkan ke dalam kamus kehidupan kalian, dan nikmatilah hasil resolusi yang telah dijalankan. Masih ada waktu beberapa bulan ke depan. Jangan sampai menyesal di kemudian hari.
-Bray-
Note: Lagu yang mengiringi penulisan kali ini adalah milik Sia yang berjudul "Elastic Heart." Sebuah komposisi penuh artistik. Good job Sia.
Image source: here
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment