Penampilan Mempengaruhi Penilaian Seseorang
"Don't judge a book by its cover."
Hm... ungkapan ini udah klise banget, dan sering dipake sama banyak orang untuk mengetengahkan bahwa penampilan seseorang tidak lantas menyatakan seperti itulah dirinya. Apa yang terlihat dari luar belum tentu sesuai dengan pikiran kita.
Gua punya pengalaman unik mengenai "penghakiman" karakter berdasarkan penampilan ini. Jadi begini. Kantor gua punya peraturan agar karyawannya mengenakan seragam di hari tertentu, dengan logo perusahaan terpampang di bagian dada. Suatu hari, saat mengenakan seragam itu, gua memutuskan untuk mencari sebuah majalah di Gramedia sepulang kantor. Saat menyusuri deretan rak dan melihat-lihat buku yang menarik, tiba-tiba ada seorang ibu dengan anaknya mendekati gua dan bertanya, "Mas, maaf, buku pelajaran sekolah ada di mana ya?" Saat itu gua belom tahu alasan si ibu bertanya kepada gua, bukan ke orang lain, dan gua hanya bisa menggeleng sambil tersenyum seraya menjawab, "Coba aja Bu tanya sama petugasnya."
Respon balik ibu itu adalah, "Oh, kirain Mas-nya petugas disini, maaf ya..." dia pun langsung melenggang pergi, meninggalkan gua yang hanya bisa melongo. Gua langsung berpikir, apa kiranya yang membuat ibu itu mengira gua salah satu staf Gramedia (gua ga tahu nama resmi pekerjaan mereka), dan mendapat jawabannya saat itu juga: pasti seragam kantor ini. Setelah gua bandingkan dengan staf Gramedia asli yang seliweran, gua ga menemukan kecocokkan antara seragam gua sama mereka. Lalu... kenapa ibu tadi mengira gua salah satu staf?
Whatever. Gua pun meneruskan melihat-lihat. Saat pindah ke lantai dua, gua kembali dikejutkan dengan kedatangan sebuah keluarga (anak, ayah dan ibu) dengan si ayah mengajukan pertanyaan, "Mas, mau nanya, buku ini harganya berapa ya? Kok ngga ada price tag-nya." Mungkin karena dia melihat tampang gua yang keheranan, dia pun langsung berujar, "Oh maaf, bukan petugasnya ya. Maaf, saya kira..." si istri langsung menyalahkan suaminya dan meminta maaf sama gua. Gua hanya bisa tersenyum miris dan langsung berpikir keras, apa kiranya yang membuat orang-orang berpikir gua adalah salah satu staf di Gramedia? Selama ini kalau gua ke Gramedia, ngga pernah disangka sebagai salah satu staf penjaga. Jadi jelas seragam ini yang membuat perbedaan.
Oke, nevermind. Untungnya gua sendiri ga pernah salah menilai pekerjaan seseorang dari penampilannya. Tapi beberapa bulan setelah kejadian di Gramedia itu, saat pergi untuk makan di luar bersama keluarga, gua memutuskan untuk makan di sebuah kedai bakso dan mie ayam yang ada di pinggir jalan. Saat itu yang ada di balik etalase rak penjual adalah seorang bapak-bapak yang berdiri dengan tenang. Dari penampilannya, terlihat dia adalah sang penjual. Gua pun langsung memesan menu, tapi dia langsung mengangkat tangannya dan bilang, "Maaf Mas, saya bukan penjualnya. Tunggu sebentar lagi, penjualnya lagi ke belakang nyari uang kembalian." Gua langsung mengutuk diri sendiri yang sudah ceroboh menilai seseorang dari penampilannya.
Dalam keseharian, kita pasti sering menilai seseorang dari penampilannya. Penampilan memang sungguh menyatakan pribadi orang tersebut. Para eksekutif kantor yang berpenampilan rapi lengkap dengan jas dan dasi (untuk pria) pasti dianggap "pekerja profesional", beda dengan mereka yang menggunakan pakaian biasa saja untuk pergi ke kantor. Tapi... itu kan hanya penampilan. Bisa saja orang-orang yang mengenakan pakaian biasa saja untuk ke kantor ternyata seorang pekerja profesional melebihi para pekerja yang mengenakan seragam rapi, atau bahkan mungkin seorang bos? Kita ga akan tahu kalo belom mengenal lebih dalam.
Untuk tujuan khusus, penampilan merupakan hal penting jika ingin merebut perhatian orang-orang. Para SPG didandani hingga cantik saat menjual sebuah produk, tentu tujuan utamanya adalah agar diperhatikan orang-orang, dan berharap produk yang mereka jual dibeli. Lihat juga bagaimana para pejabat publik saat melakukan kampanye dalam pemilihan umum, penampilan mereka dirombak sebaik mungkin agar dapat merebut simpati publik, padahal senyum yang mereka jual belum tentu tulus. Masih banyak contoh lainnya tentang pentingnya penampilan untuk merebut perhatian banyak orang.
Hm, kalau penampilan luar bisa menipu, bagaimana kita menyikapinya? Well, tergantung kepada diri pribadi. Tidak bisa dipungkiri bahwa kita akan selalu menilai seseorang dari penampilan, meskipun kita berprinsip: penampilan bukanlah segalanya. Tidak demikian. Jujur saja, kita akan selalu menghakimi penampilan seseorang sesuai apa yang kita lihat. Kegiatan "hakim-menghakimi penampilan" sebaiknya dibarengi dengan pemikiran bahwa di balik penampilan seseorang, tersimpan suatu karakter yang tidak kita ketahui. Bisa saja penampilannya garang dan menakutkan, padahal hatinya baik, atau sebaliknya.
So... ungkapan "don't judge a book by its cover" tampaknya akan selalu benar.
-Bray-
Note: gua menulis ini sembari diiringi lagu mantap dari Bag Raiders yang berjudul Way Back Home.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
aku juga sering salah kira saat ke toko buku. aku sangka petugasnya, tenyata bukan. biasanya sih karena ada kesamaan pakaian. memang kita tidak boleh menilai orang dai luanya, tapi kenapa banyak orang berpenampilan luar agar dinilai seperti itu...
ReplyDeleteJadi lebih karena kesamaan pakaian ya? Padahal seragam kantor gua ga mirip sama pakain mereka, but nevermind hehe.
DeleteKebanyakan orang berpenampilan agar dinilai "lebih" oleh orang lain, mereka butuh status, butuh sebuah bukti bahwa mereka mampu menjadi seseorang yang terlihat "bagus" di mata orang lain (contoh kasus "ingin terlihat baik") Kalo udah masuk kategori ini, ya... tergantung pemikiran masing-masing aja untuk menyikapinya.
Sama kita berarti, pernah ngalamin hehe. Yup, menghargai orang lain tanpa harus menilai penampilan luarnya adalah hal yang bener. Kadang kita suka salah menilai orang, men-judge dengan pemikiran macem-macem padahal belom tentu bener.
ReplyDeleteThanks :-)