Keburukan Dibalas Kebaikan: Bisakah?
Dalam melakukan suatu hal, hanya ada dua pilihan tindakan: baik atau buruk. Kriteria tersebut tentu masih dapat diinterpretasikan macam-macam. Bisa saja standar "baik" oleh si A dianggap "buruk" oleh si B, atau sebaliknya. Yang pasti, kebaikan itu identik dengan membuat pihak lain terbantu dan tidak merugikan pihak lain.
Sudah sewajarnya kalau kita menerima kebaikan dari orang lain, kita akan membalasnya dengan kebaikan juga. Kita pasti akan terdorong untuk membantu mereka, apapun yang kita bisa. Itu sudah menjadi semacam aturan tidak tertulis. Sebuah simbiosis mutualisme. Andaikan yang dibantu tidak mau ditolong balik, ya sah-sah saja.
Now... bagaimana dengan keburukan/kejahatan? Bentuknya bisa macem-macem: membicarakan yang buruk tentang orang lain (gosip), mencelakakan pihak lain, dan segala hal yang intinya merugikan pihak lain. Pastinya kita pernah merasakan ini, dan pernah melakukannya juga, dalam skala kecil hingga besar (Manusia tentu tidak luput dari dosa, kan?).
Kalau kebaikan kita balas dengan kebaikan, apakah kejahatan juga harus dibalas dengan kejahatan?
Gua pernah membaca sebuah artikel di koran (lupa judul & penulisnya) tentang tindakan baik vs tindakan jahat, dan ada quote menarik yang bisa gua kutip: "Membalas kebaikan dengan kebaikan itu hal biasa, tapi membalas keburukan dengan kebaikan itu hal yang luar biasa."
Wow. Sebuah kalimat yang bagus. Itu tindakan mulia yang rasanya sulit dilakukan kalo kita sedang merasa kesal dengan orang yang melakukan hal buruk terhadap kita. Bawaannya pasti dendam. Maunya kita balas lagi dengan keburukan, bahkan kalau bisa lebih jahat dari yang telah mereka lakukan terhadap kita. Well... is it worth it? Sepadankah hasil akhirnya? Bagaimana jika dia tidak tersakiti seperti yang kita mau?
Bisakah kita membalas keburukan dengan kebaikan? Jawabannya bisa. Sangat bisa. Yang diperlukan cuma niat kuat dan kontrol emosi yang baik. Kalau kita membalas dengan kebaikan, pihak yang menyakiti kita tentu berpikir, "Kok dia oke-oke aja ya?" dan bisa jadi dia akan malu atas tindakan buruknya kepada kita.
Lagipula, apa gunanya membalas keburukan dengan keburukan? Mungkin untuk jangka pendek akan menyenangkan kita (karena berhasil membalas dendam), namun sadarlah bahwa apapun keburukan yang kita lakukan kepada orang lain, efeknya bisa lebih buruk ke depannya (belum lagi dosa yang kita tanggung). Kita tidak akan tahu keburukan itu ternyata berdampak pada kehidupan orang-orang di sekelilingnya, atau justru berdampak pada orang-orang di sekeliling kita. Satu tindakan memicu tindakan lain (gua seneng banget pake kata-kata ini hehe), the domino effect.
Plus, kalo kita berbuat baik, perasaan kita jadi lebih tenteram. Dendam hanya akan membawa efek buruk pada diri kita. Sangat buruk. Jangan pernah memberi makan dendam. Buang dia jauh-jauh. Masih banyak hal-hal positif yang bisa kita lakukan daripada memikirkan bagaimana merancang tindakan buruk pada orang lain.
Jadi, mari berusaha membalas keburukan dengan kebaikan. :-)
-Bray-
Note: Komposisi southern, blues dan americana milik Robert Plant & Alison Krauss yang berjudul Rich Woman mengiringi penulisan ini. Lagu yang ga pernah bosen untuk didengerin berulang-ulang.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Kalo dibalas keburukan juga, malah makin jadi itu orang jahatnya.
ReplyDeleteKalo dibalas kebaikan, ya gitu. Kemungkinan dia bakal malu sendiri udah jahat, tapi tetep dibalas baik. Sukur-sukur jadi tobat. :D
Nah mantep nih, kalo bisa emang biar dia sadar kalo kita ga bisa ditaklukkin sama aksi jahatnya. Ga da manfaat jangka panjang kalo kita bales dengan kejahatan. Kalo dia ampe tobat alhamdulillah banget.
DeleteThanks comment-nya :-)
sependapat juga sama yoga,kalau kejahatan di balas kejahatan tuh orang yang jahat akan semakin menjadi-jadi,tapi kalau kejahatan dibalas kebaikan nanti orang itu akan malu sendiri.Semoga kita bisa selalu berbuat baik.Amin :)
ReplyDeleteBener. Ibaratnya malah semakin di atas angin ntar orang yang kita bales pake kejahatan...
DeleteYup, semoga kita bisa selalu berbuat baik :-)