Keburukan Dibalas Kebaikan: Bisakah?


















Dalam melakukan suatu hal, hanya ada dua pilihan tindakan: baik atau buruk. Kriteria tersebut tentu masih dapat diinterpretasikan macam-macam. Bisa saja standar "baik" oleh si A dianggap "buruk" oleh si B, atau sebaliknya. Yang pasti, kebaikan itu identik dengan membuat pihak lain terbantu dan tidak merugikan pihak lain.

Sudah sewajarnya kalau kita menerima kebaikan dari orang lain, kita akan membalasnya dengan kebaikan juga. Kita pasti akan terdorong untuk membantu mereka, apapun yang kita bisa. Itu sudah menjadi semacam aturan tidak tertulis. Sebuah simbiosis mutualisme. Andaikan yang dibantu tidak mau ditolong balik, ya sah-sah saja. 

Now... bagaimana dengan keburukan/kejahatan? Bentuknya bisa macem-macem: membicarakan yang buruk tentang orang lain (gosip), mencelakakan pihak lain, dan segala hal yang intinya merugikan pihak lain. Pastinya kita pernah merasakan ini, dan pernah melakukannya juga, dalam skala kecil hingga besar (Manusia tentu tidak luput dari dosa, kan?).

Kalau kebaikan kita balas dengan kebaikan, apakah kejahatan juga harus dibalas dengan kejahatan?

Gua pernah membaca sebuah artikel di koran (lupa judul & penulisnya) tentang tindakan baik vs tindakan jahat, dan ada quote menarik yang bisa gua kutip: "Membalas kebaikan dengan kebaikan itu hal biasa, tapi membalas keburukan dengan kebaikan itu hal yang luar biasa."

Wow. Sebuah kalimat yang bagus. Itu tindakan mulia yang rasanya sulit dilakukan kalo kita sedang merasa kesal dengan orang yang melakukan hal buruk terhadap kita. Bawaannya pasti dendam. Maunya kita balas lagi dengan keburukan, bahkan kalau bisa lebih jahat dari yang telah mereka lakukan terhadap kita. Well... is it worth it? Sepadankah hasil akhirnya? Bagaimana jika dia tidak tersakiti seperti yang kita mau?

Bisakah kita membalas keburukan dengan kebaikan? Jawabannya bisa. Sangat bisa. Yang diperlukan cuma niat kuat dan kontrol emosi yang baik. Kalau kita membalas dengan kebaikan, pihak yang menyakiti kita tentu berpikir, "Kok dia oke-oke aja ya?" dan bisa jadi dia akan malu atas tindakan buruknya kepada kita. 

Lagipula, apa gunanya membalas keburukan dengan keburukan? Mungkin untuk jangka pendek akan menyenangkan kita (karena berhasil membalas dendam), namun sadarlah bahwa apapun keburukan yang kita lakukan kepada orang lain, efeknya bisa lebih buruk ke depannya (belum lagi dosa yang kita tanggung). Kita tidak akan tahu keburukan itu ternyata berdampak pada kehidupan orang-orang di sekelilingnya, atau justru berdampak pada orang-orang di sekeliling kita. Satu tindakan memicu tindakan lain (gua seneng banget pake kata-kata ini hehe), the domino effect.

Plus, kalo kita berbuat baik, perasaan kita jadi lebih tenteram. Dendam hanya akan membawa efek buruk pada diri kita. Sangat buruk. Jangan pernah memberi makan dendam. Buang dia jauh-jauh. Masih banyak hal-hal positif yang bisa kita lakukan daripada memikirkan bagaimana merancang tindakan buruk pada orang lain.

Jadi, mari berusaha membalas keburukan dengan kebaikan.   :-)

-Bray-

Note: Komposisi southern, blues dan americana milik Robert Plant & Alison Krauss yang berjudul Rich Woman mengiringi penulisan ini. Lagu yang ga pernah bosen untuk didengerin berulang-ulang.






READ MORE - Keburukan Dibalas Kebaikan: Bisakah?

Kenapa Hari Senin Dibenci?


Kenapa hampir semua orang membenci hari Senin? Jika dilakukan survey kepada semua orang mengenai satu hari dalam seminggu yang paling tidak disukai, pasti kebanyakan akan memilih hari Senin. Sampai beredar sebuah slogan terkenal: I Hate Monday. Sebegitu bencinya sama yang namanya hari Senin, hehe. 

Kalau boleh dirangkum, mungkin yang menyebabkan banyak orang membenci hari Senin adalah karena 

"Senin itu identik dengan memulai lagi bekerja"

Bagi kaum profesional (apapun jenis pekerjaannya, pokoknya menghasilkan duit), harus kembali memulai sebuah rutinitas dengan segala tumpukan masalah membuat kepala pusing duluan. Kembali menghadapi problematika kantor, deal dengan klien, menyusun laporan keuangan, mencari customer, dsb. Gimana dengan pelajar? Sama aja. Bagi kaum pelajar, bekerja identik dengan... belajar. Kebayang kan gimana rasanya harus ngadepin hari Senin lagi untuk mulai belajar di kelas?

Bagi yang menghabiskan weekend-nya dengan kegiatan menyenangkan bersama teman dan keluarga, atau sekedar menghabiskan waktu untuk mengistirahatkan tubuh, pasti akan terasa sangat menyebalkan harus melepas seluruh kegiatan menyenangkan itu dan kembali ke rutinitas pekerjaan.

Oya, Senin itu identik dengan macet parahIni yang membingungkan. Tidak seperti hari-hari lain dalam seminggu, macet di Senin pagi itu parah banget (khususnya yang tinggal di kota besar). Gua ga tahu deh, mungkin semua orang keluar di hari Senin pagi, atau bisa aja semua orang mencoba peruntungannya di Senin pagi. Apapun itu, faktor ini bisa memicu stres tersendiri.

Apa yang bisa dilakukan untuk mengatasi ini? Well, simple aja. Jangan jadikan hari Senin itu beban. Ya oke, memang semua kesialan biasanya numpuk di hari Senin. Yang ada kita kesel mulu seharian. Tapi itulah... coba tanamkan di pikiran kita saat bangun pagi di hari Senin: "I Love Monday". Terus ulangi sampai menyerap ke dalam alam bawah sadar kita (ingat, alam bawah sadar berperan lebih besar ketimbang alam sadar), dan rasakan semangat di pagi hari. Bersyukurlah kita masih dikaruniai satu hari untuk kembali beraktivitas. 

Jika kalian terus-menerus berpikir "I Hate Monday", ya jadinya seharian itu akan terus-terusan kesal, karena pikiran bawah sadar kita sudah diprogram untuk "membenci hari Senin". Jangan lah. Hari Senin sama aja kok dengan hari lain. Lagipula, setiap hari itu kan perubahan (bisa dibaca lagi postingan gua sebelumnya Setiap Hari Adalah Perubahan).
Siapa tahu sebuah hari Senin yang diberikan ke kita akan membawa kebaikan bagi hidup kita. Apa jadinya jika kita tidak akan menemui hari Senin lagi minggu depan?

So... kenapa harus membenci hari Senin? Mari tanamkan pikiran "I Love Monday" ke alam bawah sadar kita dengan sungguh-sungguh dan rasakan perubahannya. :-)

-Bray-

Note: Gua menulis ini sembari diiringi lagu bagus dari Calvin Harris feat. Haim berjudul "Pray to God".




READ MORE - Kenapa Hari Senin Dibenci?

Filosofi Manis Dari "Filosofi Kopi"



Sebuah film dapat disebut bagus jika film tersebut mampu meninggalkan kesan tertentu bagi penontonnya. Usai credit title bergulir di akhir film dan lampu bioskop dinyalakan, penonton masih larut dalam emosi tersendiri. Itulah yang gua rasakan saat menonton Filosofi Kopi ini. Disutradarai oleh Angga Dwimas Sasongko  (yang pernah menyutradarai film "Cahaya Dari Timur: Beta Maluku" -- sebuah film yang berhasil menggondol Piala Citra dalam gelaran Festival Film Indonesia 2014 untuk kategori Film Terbaik!), Filosofi Kopi hadir dengan penuh makna.

Menceritakan tentang dua pemuda, Jody (Rio Dewanto) dan Ben (Chicco Jerikho), yang bahu-membahu membangun usaha kedai kopi bernama Filosofi Kopi. Sayang, kedai mereka tengah dalam kondisi yang rapuh manakala harus berurusan dengan tumpukan hutang. Sebuah kesempatan bagus datang tatkala mereka ditantang oleh seorang pengusaha untuk membuat kopi terenak di Jakarta (atau bahkan Indonesia jika mereka mampu), dengan iming-iming uang dalam jumlah besar. Jika kalah, finansial mereka juga menjadi taruhannya. Merasa tertantang, mereka berusaha mencari biji kopi terbaik, dan nasib mempertemukan mereka dengan El (Julie Estelle), gadis cantik pemerhati kopi profesional. Cukup sampai disitu? Tidak juga, karena dari situlah konflik mulai timbul, dengan bayang-bayang masa lalu yang menghantui mereka.

Mampukah mereka menaklukkan tantangan? Gua ga mau nyebar spoiler. Gua juga ga mengomentari aspek teknis (yang pasti akting Rio dan Chicco mantep di sini). Gua tertarik menuangkan apa yang bisa kita petik dari Filosofi Kopi: pahit manis kehidupan. Obsesi akan sesuatu sudah menjadi hal lumrah bagi masyarakat urban, terlebih jika urusannya dengan pekerjaan: menginginkan ini, itu, terus-menerus hingga melupakan satu hal penting, yaitu "mengerjakan sesuatu dengan sepenuh hati." Apapun yang dikerjakan dengan sepenuh hati, hasilnya akan lebih baik. Jika dikerjakan dengan setengah hati, maka tentu hasilnya akan setengah hati juga.

As simple as that.

Masih banyak pesan lain dari film ini (termasuk pesan untuk berdamai dengan masa lalu), tapi ada satu pesan bagus yang bisa gua kutip dari website filmnya: "Hidup ini seperti secangkir kopi, dimana pahit dan manis melebur, bertemu dalam kehangatan." (bagaimana kalo kopinya kopi pahit? Whatever hehe, gua bukan pecinta kopi, tapi gua tahu kalo kalimat itu memang bener).

So... tonton deh film ini, dan rasakan pahit manisnya :-)

-Bray-

Note: Lagu "Cheap Sunglasses" milik RAC feat. Matthew Koma mengiringi penulisan ini. A sweet techno-pop song.







READ MORE - Filosofi Manis Dari "Filosofi Kopi"

Ayo, Menolong dengan Ikhlas



Sadarkah kita dalam satu hari berapa kali kita berinteraksi dengan orang lain? Tentu banyak, dalam bentuk apa pun, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oke, gua bisa pastiin kalo masalah ini kita semua sadar. Banyak jenis saluran komunikasi yang kita gunakan untuk berinteraksi, dan pastinya kalian semua menggunakannya dengan cara masing-masing.

The question is... berapa presentase kita menolong dan ditolong dalam sehari? Apakah timbangan lebih berat ke sisi "ditolong" daripada "menolong"? Lebih parahnya lagi, selain lebih banyak "ditolong", apakah kita meminta pertolongan dengan semena-mena, tidak memikirkan perasaan orang lain yang menolong kita? Coba pikirkan kembali. Gua yakin 100% kalo kita minta tolong ke orang lain tapi dengan nada kasar dan tanpa mengucapkan terima kasih, pasti yang nolongin kita ga ikhlas. Meminta pertolongan dengan nada sopan bukan hal yang sulit lho. Dengan sendirinya kita akan menghindari konflik. (Untuk masalah "terima kasih", mungkin bisa dibaca juga postingan gua yang lalu Sudahkah Kita Berterima Kasih?)

Sekarang ke sisi "menolong". Pernahkah kalian menolong seseorang (apa pun itu, tidak peduli besar kecil, yang pasti sebuah pertolongan) dengan ikhlas? Pasti pernah. Kalo sering, alhamdulillah. Apa yang dirasakan kalo berhasil menolong orang dengan ikhlas? Timbul perasaan bahagia. Tubuh kita akan diselimuti perasaan bahagia yang susah digambarkan. Kita tidak akan mengharapkan balas jasa, karena dasar tindakan kita ikhlas. :-)

Nah, bukankah lebih baik jika kita membiasakan menolong orang lain dengan ikhlas? Jangan harapkan balas jasa dulu. Allah pasti akan membalas perbuatan baik kita dengan ganjaran setimpal atau malah lebih besar. 

Kalau kalian mengalami satu hari yang sangat tidak menyenangkan, membosankan, dan hal negatif lainnya, coba deh menolong orang dengan ikhlas, dan rasakan efeknya ke tubuh. Kalau kalian ga tahu siapa yang butuh pertolongan, cobalah tersenyum dengan tulus (asal jangan senyum terus-menerus), kepada rekan yang berpapasan dengan kita, atau kepada siapa saja yang kita rasa pantas mendapat senyum di hari itu. Senyum tulus yang terpancar otomatis akan membangkitkan aura positif dari orang yang melihat senyum kita. Dan itu menular, beneran. 

Satu hal kecil dapat membuat perubahan besar. 

Sekecil apapun itu, mari biasakan menolong orang lain dengan ikhlas. Rasakan kebahagiaan yang timbul dari hal tersebut. Hidup kita akan lebih berharga jika berguna bagi orang lain.  :-)

-Bray-

Note: Lagunya Daftpunk (Feat. Panda Bear) yang berjudul "Doin' It Right" mengiringi penulisan artikel ini.




READ MORE - Ayo, Menolong dengan Ikhlas

Setiap Hari Adalah Perubahan




"Setiap Hari Adalah Perubahan". Itu adalah judul foto yang dimuat di harian Kompas saat harian itu merubah layout-nya, entah tahun berapa, udah lupa. Yang pasti gw masih pegang lembaran fotonya (bukan gambar di atas, itu cuma contoh). Ada untaian kalimat bagus di bawah foto itu, seperti dikutip berikut:

Saat matahari terbit di timur, saat itu pula lahir satu hari baru. Hari ini selalu berbeda dengan kemarin, dan hal-hal baru melingkupi manusia-manusia yang menjalani harinya. Perjalanan hari adalah perjalanan perubahan. Dan sesungguhnya, kita semua hidup dari perubahan-perubahan yang dibawa hari ini.

See? Saat muncul hari baru, hari baru itu akan selalu berbeda dengan kemarin. Mungkin kita ga pernah sadar akan perbedaannya, karena kita seringkali luput akan hal-hal semacam itu. Selalu akan ada perubahan, itu yang ga bisa dipungkiri. "Kita semua hidup dari perubahan-perubahan yang dibawa hari ini." Bener. Kalau kemarin kita tertimpa nasib sial, bisa jadi sebuah hari baru akan membuat nasib kita berubah menjadi baik. Jika kemarin kita diliputi amarah dan emosi negatif akan seseorang atau suatu hal, bisa jadi sebuah hari baru akan menjadikan perasaan kita tenang.

Jika kita masih diberi Allah SWT satu hari lagi untuk bernapas dan menjalani hidup, maka gunakan untuk melakukan hal terbaik yang bisa kita lakukan dalam hidup. Jangan hidup dalam kecemasan, kesedihan, kemarahan, dengki dan semacamnya. Lepaskanlah semua emosi negatif tersebut. Bangkit dan hirup udara pagi serta katakan, "Hello world! I'm gonna make today as the best day of my life."

Rasakanlah energi positif itu mengalir dalam diri kita.

Apa yang kita lakukan di hari ini, tanpa kita sadari akan menjadi awalan dari sebuah hal baru keesokan harinya. Begitu seterusnya, sama seperti lirik lagu Semisonic yang Closing Time: every new beginning comes from some other beginning's end. 

So... gunakanlah kesempatan yang masih diberikan sebaik mungkin. Banyak perubahan yang dapat kita lakukan, contohnya: tersenyum, memberi dengan ikhlas, membantu orang lain, memaafkan, meminta maaf, dan lain sebagainya.


-Bray-

Note: Gw mendengarkan lagu Noah yang Hero saat menulis ini. Lagunya bagus.


READ MORE - Setiap Hari Adalah Perubahan

Bekerja Tanpa Passion = Tanpa Tanggung Jawab?




Dalam buku berjudul My Passion My Career (karangan Ardiningtiyas Pitaloka & Andin Andiyasari) ada sebuah kalimat menarik mengenai karir sesuai passion, yang dikutip sebagai berikut:

Mengetahui passion dalam berkarier memang bervariasi di tiap orang, namun ada beberapa hal sederhana yang bisa menjadi indikator, diantaranya:
a. Bersemangat menjalani aktivitas kerja
b. Melakukan usaha melebihi target utama
c. Merasa sebagai project pribadi
d. Ingin selalu menceritakan pada orang lain
e. Menemukan dinamika kerja hingga ke lapisan unik
f. Merasa bahagia

Itu adalah sederet indikator untuk menilai apakah pekerjaan yang telah kita lakukan sekarang sesuai dengan passion kita. Dulu gua sering banget dapet kalimat motivasi dari manapun yang mengatakan kalau "Bekerjalah sesuai dengan passion, jangan akibat keterpaksaan." Well... that is absolutely right, but... bagaimana dengan kita yang tidak dapat menemukan pekerjaan yang sesuai dengan passion kita? Bagaimana jadinya jika pekerjaan kita semata-mata dijalankan demi memenuhi tuntutan pihak lain? Kalau kita menganggur, itu akan mengecewakan banyak pihak, sehingga mau tidak mau kita pun bekerja. Kalau kita tidak menjadi seorang pengacara (misalnya), maka kita akan mengecewakan orang tua yang telah susah payah menyekolahkan kita di sekolah hukum, dan masih banyak sederet "keterpaksaan kerja" lainnya.

Intinya, tidak semua pekerja profesional saat ini mengerjakan apa yang dia kerjakan sesuai dengan passion-nya. Fakta menarik? Tidak juga, karena ini sudah menjadi hal lumrah. Apakah ada di antara kita yang tampaknya bekerja, tapi sebenarnya tidak menginginkan itu? Ingat, hasil pekerjaan satu pihak akan berdampak pada hasil pekerjaan pihak lainnya. Itulah efek domino sebuah pekerjaan yang melibatkan banyak pihak. Hal ini dapat dijumpai pada sebuah perusahaan, dimana banyak orang terlibat untuk menjalankan misi yang diemban.

Jangan pernah gentar. Jangan merasa terpuruk.

Untuk para pekerja di luar sana, mari renungkan sejenak: apakah pekerjaan kita sesuai dengan passion? Jika tidak, bisakah kita mewujudkan passion kita? Wujudkanlah selagi kita mampu. Bangunlah mimpi setinggi mungkin. Sedikit demi sedikit, asal kita tekun, mungkin saja pekerjaan yang kita idamkan akan tercapai. Semua tergantung pada niat dan kegigihan. Jika kita tidak melakukan hal tersebut, ingat hal ini: jangan jadikan pekerjaan kita sia-sia. Apapun yang saat ini kita kerjakan, meskipun tidak sesuai dengan passion, jangan pernah menjadikannya tidak spesial

Anda akan merasa spesial jika Anda berpikir diri Anda spesial. Anda harus bangga bahwa perusahaan memilih Anda berada di posisi yang sekarang, apapun itu. Bertanggung jawablah akan apa yang kita kerjakan. Galilah ilmu dari hal tersebut. Selalu ada sesuatu yang baik dalam sebuah hal jika kita memandangnya baik. Siapa tahu... sedikit demi sedikit kita malah menyukai apa yang kita kerjakan saat ini.

Mari bangkit dan bersemangat melakukan apa yang telah menjadi tanggung jawab kita. Tularkanlah semangat kepada rekan kita yang lain, dan lihat dampaknya pada diri kita. Apakah kita bisa? Yes, we can! Tanamkan pikiran positif, dan kita pun akan lebih bersemangat menjalani kegiatan sehari-hari.

-Bray-

Note: Lagunya Norah Jones yang "Come Away With Me" mengalun indah sembari gua menulis postingan ini.



READ MORE - Bekerja Tanpa Passion = Tanpa Tanggung Jawab?

Pesan Khusus dari Film Iran "A Separation"




Dari laman Wikipedia, motif mengacu pada tiga hal, yaitu psikologi, tekstil dan genetika. Yang akan dibahas disini adalah motif dari sisi psikologi, yakni "alasan-alasan manusia yang melatarbelakangi mereka untuk melakukan suatu kehendak". Sedangkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu definisi mengenai motif adalah "alasan (sebab) seseorang melakukan sesuatu".

Cukup tentang definisinya. Gw ga akan membuat ini menjadi rumit. Intinya, dalam setiap tindakan manusia, selalu ada motif yang mendasarinya. Contoh, saat kita bangun tidur dan langsung minum segelas air. Ada yang minum karena haus, atau alasan untuk menjaga kesehatan. Tindakan sama, namun motif berbeda. Contoh lainnya saat seorang murid pergi ke sekolah. Motifnya bermacam-macam, apakah dia mau belajar, mau bermain, mau pacaran, dan sebagainya. Motif ini juga yang nantinya akan mengarahkan sebuah tindakan ke arah hal baik atau buruk. Mungkin bisa disamakan dengan niat, yang diartikan dengan "maksud atau tujuan suatu perbuatan" menurut KBBI.

Pernah nonton film Iran yang judulnya A Separation? Film keluaran tahun 2011 yang berjudul asli Jodaeiye Nader az Simin ini berhasil menggondol piala Oscar untuk kategori Best Foreign Language Film of The Year dan satu nominasi untuk Best Writing, Original Screenplay. Film ini bagus, beneran bagus. Menceritakan tentang sepasang suami istri yang ingin mengajukan perceraian. Sang istri, Simin, ingin pergi meninggalkan Iran bersama suami dan anaknya ke luar negeri demi kehidupan yang lebih baik. Sang suami, Nader, tidak ingin meninggalkan Iran karena harus merawat ayahnya yang mengidap Alzheimer. Perselisihan rumah tangga ini menjadi semakin rumit saat Simin menyewa seorang wanita (Razieh) untuk merawat ayah Nader, dimana si wanita ini belum mendapatkan izin bekerja dari suaminya sendiri. Satu tindakan kecil memicu tindakan lain, sehingga terjadi efek domino yang menguji kehidupan rumah tangga Simin dan Nader. Cerita bermula dengan kejadian simple namun mengandung banyak lapisan konflik sehingga lama-lama jadi complicated.

Yang ingin diketengahkan disini adalah bahwa semua tokoh yang ada di film itu memiliki motif dalam melakukan tindakannya masing-masing. Jarang ada film yang bisa mengupas motif hampir semua pemain intinya, dan film A Separation berhasil melakukannya dengan baik. Penonton diajak untuk menyelami masing-masing karakter, dan saat kita bersimpati dengan satu karakter, kita akan dibuat bertanya-tanya apakah karakter tersebut sesungguhnya melakukan hal yang benar atau tidak. Inilah yang menjadi sisi rumitnya. Kita tidak bisa menghakimi tindakan salah satu karakter karena dia memiliki motif khusus yang mendasarinya. Hingga akhir cerita, kita akan diminta menyimpulkan sendiri, sebenarnya sosok siapakah yang bersalah? Film ini berhasil membuat penonton merancang sendiri kesimpulan akhirnya.

Jika diterapkan ke kehidupan sehari-hari, kita harus berpikir bahwa sebuah tindakan akan selalu disertai motif. Seorang penjahat yang mencuri memiliki motif macam-macam. Bisa saja karena tekanan psikologis atau ingin mendapat uang untuk keuarganya yang sakit, dan semacamnya. Kita seringkali menghakimi perbuatan seseorang tanpa pernah berpikir alasan di balik perbuatannya, sehigga kita kerap terbuai dengan hasutan orang. Saat seseroang menggosip mengenai pihak lain, mungkin dengan mudah kita akan termakan isu tersebut, yang belum tentu benar. Dibutuhkan pikiran jernih untuk melihat motif di balik tindakan pihak yang digosipkan tersebut.

Ingat, apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan kenyataannya. Dan satu hal lagi, film A Separation telah mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

-Bray-

Note: lagu dari Lamb yang "Gorecki" mengiringi penulisan ini.


READ MORE - Pesan Khusus dari Film Iran "A Separation"

Harus Ada Break dari Rutinitas





Image source: here


Dalam satu hari, banyak waktu yang kita lewatin. Mulai dari pagi, siang, sore, malam hingga tengah malam. Kesemuanya datang silih berganti, selalu sama kedatangannya. Normalnya manusia akan menggunakan waktu di pagi, siang dan sore hari untuk melakukan aktivitasnya, meskipun tidak menutup kemungkinan di waktu yang lain mereka juga menggunakannya untuk beraktivitas.

Waktu seolah menjadi sebuah hal yang sangat penting bagi masyarakat saat ini, khususnya mereka yang berkutat dengan seabrek aktivitas pekerjaan. Kaum profesional (khususnya di Jakarta) akan selalu merasa bahwa waktu sangat singkat, sementara banyak pekerjaan yang harus diselesaikan. Deadline ini, rapat itu, laporan ini, seminar itu, dan sebagainya.

Pernahkah kita sejenak melakukan break dari seabrek kegiatan menguras fisik dan pikiran itu dan melakukan renungan singkat? Oke, tidak usah merenung (nanti malah bengong), yang pasti rehat sejenak dan berpikir. Berpikir bahwa "hari ini adalah satu hari dimana Allah telah memberikan kita kesempatan untuk hidup sekali lagi." Sudah seharusnya kita mensyukuri hal itu. Apa jadinya jika besok Allah berkehendak lain?

Gua pernah membaca sebuah buku bagus, judulnya "Sejenak Hening", karangan Adjie Silarus. Gua akan mengutip kalimat di dalam buku itu yang menurut gua bagus (masih banyak kalimat bagus yang lain, ini hanya salah satunya):

"Kita paham bagaimana caranya mengorbankan sekian tahun untuk mendapatkan gelar sarjana. Kita bersedia bekerja keras, bahkan sangat keras untuk mendapatkan pekerjaan, mobil impian, rumah mewah, menjadi pengusaha sukses dan sebagainya. Akan tetapi, kita lupa untuk menikmati hari ini. Kita lupa mensyukurinya. Kita lupa merengkuh kebahagiaan di hari ini. Kita lupa untuk mendamaikan diri di hari ini. Seolah-olah kita tidak ingat bahwa kita hidup di saat sekarang (present moment), yaitu satu-satunya masa saat kita hidup. Saat tersadar bahwa kita hidup di masa sekarang, maka setiap napas yang kita hirup dan embuskan, setiap langkah yang kita ayunkan, akan dapat kita lakukan dengan rasa damai, ceria dan tenang."

That's it. Seluruh jalinan kata-kata di bukunya Adjie Silarus itu bagus banget. Mungkin next time akan dibahas lagi.

Baca juga: Renungan Singkat Untuk Disimak

Intinya, rutinitas yang menjerat kita setiap harinya seharusnya diimbangi dengan sebuah "break", dan akan lebih baik kalau digunakan untuk bersyukur. Menyadari bahwa kita masih hidup. Itu sangat penting. Biasanya, waktu subuh adalah waktu yang terbaik untuk bersyukur. Waktu dimana udara masih segar (hirup sebanyak-banyaknya) dan pikiran masih fresh juga.

Mari jalani hidup dengan penuh rasa syukur.

-Bray-


Note: Kali ini gua ditemani lagu "Wings" dari Birdy dalam menulis.


Image source: here

READ MORE - Harus Ada Break dari Rutinitas

Mesin yang menggandakan sesuatu


Image source: here

Kalau kita perhatikan, banyak usaha jasa fotokopi di luar sana, mulai dari skala kecil hingga skala besar. Pemiliknya bisa siapa saja, dan keberhasilan usahanya tergantung dari kemampuan manajerial sang pemilik. Ada yang berhasil, ada yang tidak. Mereka yang terjun ke bisnis jasa fotokopi ini tentunya memiliki sebuah alasan logis kenapa memilih jasa fotokopi. Kenapa bukan jasa yang lain? Well, itu dikarenakan semakin maraknya kebutuhan akan penggandaan sebuah dokumen.

Dokumen yang penting dalam kehidupan setiap orang bisa berupa dokumen pribadi (akta keluarga, KTP, paspor, dll), dokumen akademis (ijazah, sertifikat keahlian, dll), dokumen kerja (laporan, anggaran, dll), dan masih banyak lainnya. Semua tentang dokumen. Semua berupa hasil cetakan yang termuat di atas kertas, dengan berbagai macam jenis. Kenapa harus digandakan? Karena banyak pihak yang membutuhkan legalitas hitam di atas putih. Output fisik lebih bermakna ketimbang non fisik. Ijazah misalnya. Meskipun perkembangan teknologi telah membawa level baru ke dalam penyimpanan dokumen secara non fisik, tetap saja sebuah ijazah akan lebih bermakna dalam bentuk fisik. Bukan berarti penyimpanan non fisik tidak dibutuhkan. Kedua jenis penyimpanan tersebut tetap penting, tergantung situasi.

Satu hal yang pasti: penggandaan dokumen fisik lebih mudah berkat penemuan mesin fotokopi. Tinggal letakkan dokumen yang kita inginkan ke mesin, tekan tombol pengaturan (semakin canggih mesin semakin banyak tombol dan semakin pusing menggunakannya) dan voila! Hasil penggandaannya telah keluar. Apa yang tertera mengikuti aslinya, meskipun tidak tampak persis. Sebuah penemuan penting menurut gua. Begitu pentingnya hingga di setiap kantor pasti butuh setidaknya satu mesin ini. Jika tidak ada, biasanya akan memanfaatkan jasa fotokopi. See? Itulah celah yang diambil pengusaha jasa fotokopi: memanfaatkan ketidakmampuan suatu pihak untuk memiliki mesin tersendiri.

Tak terhitung berapa banyak kertas telah dihabiskan oleh orang-orang untuk menggandakan dokumen. Belum tentu hasilnya digunakan, karena namanya juga mesin buatan manusia, pasti ada cacatnya juga. Jika hasil fotokopinya buruk, dengan mudah kita akan membuangnya ke tempat sampah, atau untuk orang-orang yang peduli lingkungan, akan mendaur ulangnya.

Baca juga: Jangan Remehkan Kertas

Gua kadang berpikir... bagaimana jika fisik manusia yang digandakan? Bukan sosok pengganti seperti di film Surrogates, tapi benar-benar sesosok manusia kloningan. Hasilnya pasti mengerikan, sama seperti pengkloningan atas hewan. Meskipun misalnya hasil akhirnya menyerupai, menurut gua tidak akan ada yang bisa menyerupai persis apa yang telah diciptakan Allah. Kita adalah diri kita. Satu-satunya di dunia ini, tidak ada yang sama persis. So... proud of what you are right now, whatever God gives to your body. Jangan pernah berpikir untuk menggandakan diri, atau jangan-jangan gua doang yang pernah punya pemikiran seperti ini?

-Bray-


Note: Setiap menulis, gua pasti memutar sebuah lagu yang bisa memicu semangat untuk terus menulis. Kali ini lagu milik Kwabs yang berjudul "Walk".


Image source: here
READ MORE - Mesin yang menggandakan sesuatu

Jangan Remehkan Kertas


Image source: here

Kertas adalah bahan tipis yang memiliki banyak kegunaan, mulai dari menulis, membungkus barang, hingga dijadikan sarana melampiaskan emosi (dirobek-robek, diinjak-injak, dibakar, digunakan untuk menimpuk dan sebagainya). Kertas identik dengan tulisan, karena memang tujuan diciptakan kertas untuk itu, bukan? Kertas kini telah bertransformasi menjadi digital, dengan berkembangnya teknologi. Banyak buku-buku yang awalnya dicetak di atas kertas, kini sudah menjadi digital. Kehadiran e-book dan semacamnya menjadi bukti bahwa pergeseran zaman membawa konsekuensi tersendiri bagi suatu benda.

Gua berkutat dengan kertas setiap harinya di kantor, karena pekerjaan gua membutuhkan kertas untuk mencetak laporan. Kertasnya bermacam-macam, mulai dari ukuran A4, legal, hingga NCR (non carbon required). Masing-masing memiliki fungsi, dan gua membaginya dengan adil, meskipun tidak dipungkiri penggunaan kertas A4 mendominasi pekerjaan gua (berarti tidak adil, ya?).

Hari ini gua mengalami kejadian sepele namun masih terasa sampai detik gua menulis postingan blog ini. Kejadiannya begini: gua mencetak laporan yang dibutuhkan bos dengan kertas NCR sebanyak... well... berlembar-lembar lah pokoknya. Karena kertas NCR tersebut memiliki pinggiran bolong-bolong (agar dapat dimasukkan ke printer dot matrix, sebuah printer yang khusus didesain untuk kertas semacam ini, dan bunyinya saat nge-print itu lho... polusi suara banget), jadi setelah berhasil tercetak, gua pun memiliki tugas khusus: merobek pinggiran yang bolong itu. Pilihannya adalah: gua sendiri yang ngerobek atau minta orang lain ngerobekin, atau bahkan minta bos untuk ngerobekin. Merasa opsi pertama jauh lebih mudah dan manusiawi, gua pun dengan santai merobek pinggiran kertas yang bolong-bolong itu.

Satu robekan... dua robekan... dan tanpa sadar saat melipat kertas itu untuk dirobek, jari telunjuk kanan gw teriris oleh pinggiran kertas. Sensasinya langsung kerasa! Darah pun keluar. Hebat. Seumur-umur gua kerja, belom pernah yang namanya ngalamin berdarah akibat kertas. Ini kertas lho, bukan pisau atau golok. Sumpah, sampai detik ini lukanya belom tertutup sempurna, meski udah diobatin. Gua hanya berharap besok lukanya sudah hilang, karena jari gua ini termasuk aset penting untuk pekerjaan gua, yang membutuhkan banyak aktivitas mengetik melalui keyboard komputer.

Jadi kertas telah membuat gua tersakiti hari ini. Itulah makanya, jangan remehkan kertas. Gua selalu menganggap kertas itu benda polos nan suci, namun saat ini mindset gua berubah: di balik kepolosan dan keringkihannya, ternyata keras menyimpan sengat mengerikan. Sama saja seperti seseorang yang mungkin selama ini kita kenal sebagai orang yang polos, cupu, pendiem, anti sosial dan semacamnya... beware guys, someday you'll see another side of them. Bisa saja ternyata dia seorang yang emosinal, tajam lidahnya, atau pendendam. Jangan sampe lah ya menemukan sosok seperti ini. Tapi namanya karakter seseorang, siapa yang dapat mengenalnya secara baik selain diri dia sendiri dan Allah.

Baca juga: Penampilan Mempengaruhi Penilaian Seseorang

Berhati-hatilah pada sesuatu yang terlihat ringkih dari luar. Don't judge a book from it's cover. Klise tapi ada benarnya juga.

Sekian.

-Bray-


Note: Lagu "Garden" milik Totally Enormous Extinct Dinosaurs mengiringi penulisan kali ini. Simple but nice song.


Image source: here
READ MORE - Jangan Remehkan Kertas

Mental Block


Image source: here

Sadar atau tidak, alam pikiran yang paling mendominasi kita adalah alam bawah sadar, bukan pikiran sadar. Presentasinya pun gak main-main, bisa 88% pikiran bawah sadar berbanding dengan 12% pikiran sadar. Begitu kuatnya pikiran bawah sadar ini, sehingga apa pun yang kita sugestikan ke dalam diri pribadi, maka itulah yang akan tampak dalam keseharian kita.

Apabila kita berpikir bahwa kita bisa melakukan sesuatu, maka otomatis alam bawah sadar kita akan memprogram tubuh kita untuk "berjuang" mewujudkan apa yang kita mau, sehingga kita pun dapat melakukan hal tersebut. Sebaliknya, apabila kita menanamkan "ketidakberdayaan", maka jangan harap tubuh kita akan merespon untuk "berjuang bisa", tapi hasilnya akan selalu "tidak pernah bisa".

Itulah kekuatan pikiran bawah sadar yang sangat efektif mempengaruhi cara kita bertindak sehari-hari.

Baca juga: Ketakutan Hanya Ada di Pikiran

Makanya, para motivator sukses biasanya selalu menanamkan sugesti "kamu pasti bisa" agar kita yakin bahwa kita bisa melakukan apa yang kita ingin lakukan. Hal ini berlaku untuk seluruh kegiatan, apa pun itu. Saat kita terjebak dalam mindset "tidak bisa" maka saat itulah mental block sudah mengambil alih. Mental block ini bisa diasosiasikan dengan "penghalang mental untuk bertindak". Penyebabnya macem-macem, bisa trauma masa kecil, kesalahan asuh dari lingkungan, ejekan, sugesti pribadi atau pihak lain, dan sebagainya. Kesemuanya menyusun sebuah dinding besar bagi diri kita, dinding negatif yang akan selalu menghalangi kita untuk bertindak positif.

Ini bahasan mental block sebenernya bisa meluas, dan gua pun bukan ahli dalam hal ini. Yang gua tahu dan ingin ditekankan disini adalah... jangan biarkan mental block menjadi penghalang kita untuk maju. Susah emang untuk ngilanginnya, bahkan untuk beberapa kasus membutuhkan bantuan psikiater. Tapi yakin aja, ngga ada sesuatu yang ngga mungkin. Hanya belum ditemukan solusinya. Itu aja.

Untuk saat ini... ingatlah bahwa pikiran bawah sadarlah yang banyak berperan dalam kehidupan kita, jadi pintar-pintarlah mengatur kekuatan pikiran bawah sadar ini. Jika tidak... bersiaplah diperdaya oleh pikiran kita sendiri.

-Bray-


Note: Iringan musik "Towers" milik Bon Iver mengalun manis sembari gua menulis ini. Bon Iver emang tahu bener gimana harus meracik musik indie folk dengan sangat brilian.


Image source: here
READ MORE - Mental Block

Renungan Singkat Untuk Disimak



pagi hari_keberkahan_islampos
Image source: here

Terkadang kita dihadapkan dengan kenyataan bahwa segala sesuatu berjalan tidak sesuai dengan keinginan kita. Kita menginginkan pendidikan yang sesuai dengan minat, namun kondisi finansial tidak mendukung, atau pertentangan dari orangtua. Contoh lain: kita menginginkan pekerjaan bagus, namun kenyataannya pekerjaan kita jauh dari "sejahtera". Masih banyak contoh lain. Itu wajar. 

Manusia selalu diuji oleh Allah SWT dengan berbagai cara, yang bahkan tidak kita sadari. Apa yang kita kira buruk belum tentu buruk. Siapa tahu di balik keburukan itu Allah menginginkan kita untuk ikhlas, bangkit, dan lebih mendekatkan diri pada-Nya. Kebalikannya, apa yang kita kira baik belum tentu baik secara keseluruhan. Tetap saja ada ujian di balik itu semua.

Baca juga: Sudahkah Kita Berterima Kasih?

Sekarang permasalahannya adalah: mampukah kita mencerna makna di balik semua hal yang terjadi pada diri pribadi? Itulah tantangannya. Mulailah merenung. Cobalah luangkan waktu sejenak untuk memikirkan kenapa nasib buruk selalu menaungi kita, atau jika keberuntungan selalu terjadi pada kita, sudahkah kita bersyukur? Jangan-jangan selama ini kita tidak pernah mensyukuri kenikmatan yang kita alami? Jangan-jangan kita selalu berpikir bahwa kesuksesan yang ada sepenuhnya akibat kerja keras kita, tanpa campur tangan pihak lain? Hati-hati, kita akan terjerumus ke dalam jurang kesombongan jika begitu.

Baca juga: Ayo Menolong Dengan Ikhlas

Ingatlah bahwa Allah selalu menjadikan segala sesuatu demi kebaikan kita. Mungkin kebaikan tersebut tidak kita terima saat ini, melainkan nanti, atau diterima oleh pihak lain yang berhubungan dengan kita. Semua sudah diatur, jadi mari renungkan. Jangan bersedih jika tertimpa masalah. Justru masalah tersebut yang membuat kita seharusnya menjadi manusia yang lebih baik. Apalagi jika kita selalu ikhlas menerima semuanya dan berjuang demi kehidupan yang lebih baik.

Ikhlas. Bersyukur. Berjuang. Hidup hanya sekali, mari pergunakan dengan sebaik mungkin.

-Bray-


Note: Lagu Matt Nathanson yang "Come On Get Higher" mengiringi penulisan ini. Nice song.


Image source: here
READ MORE - Renungan Singkat Untuk Disimak
 
Powered by Blogger.