Pesan Khusus dari Film Iran "A Separation"




Dari laman Wikipedia, motif mengacu pada tiga hal, yaitu psikologi, tekstil dan genetika. Yang akan dibahas disini adalah motif dari sisi psikologi, yakni "alasan-alasan manusia yang melatarbelakangi mereka untuk melakukan suatu kehendak". Sedangkan dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), salah satu definisi mengenai motif adalah "alasan (sebab) seseorang melakukan sesuatu".

Cukup tentang definisinya. Gw ga akan membuat ini menjadi rumit. Intinya, dalam setiap tindakan manusia, selalu ada motif yang mendasarinya. Contoh, saat kita bangun tidur dan langsung minum segelas air. Ada yang minum karena haus, atau alasan untuk menjaga kesehatan. Tindakan sama, namun motif berbeda. Contoh lainnya saat seorang murid pergi ke sekolah. Motifnya bermacam-macam, apakah dia mau belajar, mau bermain, mau pacaran, dan sebagainya. Motif ini juga yang nantinya akan mengarahkan sebuah tindakan ke arah hal baik atau buruk. Mungkin bisa disamakan dengan niat, yang diartikan dengan "maksud atau tujuan suatu perbuatan" menurut KBBI.

Pernah nonton film Iran yang judulnya A Separation? Film keluaran tahun 2011 yang berjudul asli Jodaeiye Nader az Simin ini berhasil menggondol piala Oscar untuk kategori Best Foreign Language Film of The Year dan satu nominasi untuk Best Writing, Original Screenplay. Film ini bagus, beneran bagus. Menceritakan tentang sepasang suami istri yang ingin mengajukan perceraian. Sang istri, Simin, ingin pergi meninggalkan Iran bersama suami dan anaknya ke luar negeri demi kehidupan yang lebih baik. Sang suami, Nader, tidak ingin meninggalkan Iran karena harus merawat ayahnya yang mengidap Alzheimer. Perselisihan rumah tangga ini menjadi semakin rumit saat Simin menyewa seorang wanita (Razieh) untuk merawat ayah Nader, dimana si wanita ini belum mendapatkan izin bekerja dari suaminya sendiri. Satu tindakan kecil memicu tindakan lain, sehingga terjadi efek domino yang menguji kehidupan rumah tangga Simin dan Nader. Cerita bermula dengan kejadian simple namun mengandung banyak lapisan konflik sehingga lama-lama jadi complicated.

Yang ingin diketengahkan disini adalah bahwa semua tokoh yang ada di film itu memiliki motif dalam melakukan tindakannya masing-masing. Jarang ada film yang bisa mengupas motif hampir semua pemain intinya, dan film A Separation berhasil melakukannya dengan baik. Penonton diajak untuk menyelami masing-masing karakter, dan saat kita bersimpati dengan satu karakter, kita akan dibuat bertanya-tanya apakah karakter tersebut sesungguhnya melakukan hal yang benar atau tidak. Inilah yang menjadi sisi rumitnya. Kita tidak bisa menghakimi tindakan salah satu karakter karena dia memiliki motif khusus yang mendasarinya. Hingga akhir cerita, kita akan diminta menyimpulkan sendiri, sebenarnya sosok siapakah yang bersalah? Film ini berhasil membuat penonton merancang sendiri kesimpulan akhirnya.

Jika diterapkan ke kehidupan sehari-hari, kita harus berpikir bahwa sebuah tindakan akan selalu disertai motif. Seorang penjahat yang mencuri memiliki motif macam-macam. Bisa saja karena tekanan psikologis atau ingin mendapat uang untuk keuarganya yang sakit, dan semacamnya. Kita seringkali menghakimi perbuatan seseorang tanpa pernah berpikir alasan di balik perbuatannya, sehigga kita kerap terbuai dengan hasutan orang. Saat seseroang menggosip mengenai pihak lain, mungkin dengan mudah kita akan termakan isu tersebut, yang belum tentu benar. Dibutuhkan pikiran jernih untuk melihat motif di balik tindakan pihak yang digosipkan tersebut.

Ingat, apa yang kita lihat belum tentu sesuai dengan kenyataannya. Dan satu hal lagi, film A Separation telah mengajarkan kepada kita bahwa tidak ada manusia yang sempurna.

-Bray-

Note: lagu dari Lamb yang "Gorecki" mengiringi penulisan ini.


No comments:

Post a Comment

 
Powered by Blogger.